Data swaperiksa yang dihimpun Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) pada 2020, ada 70,7 persen pemilik masalah psikologis.
Lalu pada 2021 angka gangguan jiwa meningkat menjadi 80,4 persen dan pada 2022 naik menjadi 82,5 persen.Tak hanya fisik, PDSKJI mengimbau masyarakat juga memperhatikan kesehatan mental di masa pandemi COVID-19 ini.
“Di dalam badan yang kuat harus ada jiwa yang sehat.
Pandemi membuat sesuatu tidak ada kejelasannya, itu paling banyak dirasakan oleh mereka yang akhirnya cemas,” ujar Ketua Umum PDSKJI, Diah Setia Utami, dalam bincang-bincang “Pengaruh Jangka Panjang COVID-19 terhadap Kesehatan Kognitif dan Mental”, Selasa, 6 September 2022.
Ia menyampaikan gangguan kecemasan menjadi salah satu faktor gangguan psikologis kala pandemi COVID-19.
“Trauma psikologis yang dikaitkan masalah COVID-19, baik yang terjadi pada individu maupun kerabat, serta keluarga terdekat, itu yang kita temui,” katanya.
Ia menyatakan usia produktif 19-36 tahun paling rentan gangguan kesehatan mental karena pandemi membuat kegiatan terbatas.
“Ketika pandemi harus di rumah, kontak dengan orang menjadi terbatas, tidak bisa melakukan kegiatan-kegiatan rutin yang biasanya dilakukan, itu salah satu yang bisa mencetuskan masalah-masalah kesehatan mental,” ucapnya.
Ia menyampaikan PDSKJI telah membuat laporan dan menyampaikan kepada Direktorat Pencegahan dan Pengendalian (P2P) Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kemenkes RI.
Setelah itu juga sudah dilakukan tindak lanjut terkait layanan atau deteksi dini serta intervensi di layanan primer, dalam hal ini puskesmas.
“Sudah dilakukan berbagai pelatihan untuk dokter-dokter di puskesmas supaya bisa melakukan deteksi dini sehingga tidak sampai terjadi hal-hal yang lebih buruk lagi terkait dengan masalah kesehatan jiwa,” tuturnya.
Selain kecemasan, pandemi COVID-19 turut meningkatkan depresi dan gangguan jiwa berat seperti skizofrenia.
“Karena memang ketika pandemi ini tidak mudah mendapatkan akses layanan kesehatan jiwa sehingga banyak yang putus obat dan akhirnya meningkatkan kasus-kasus skizofrenia,” paparnya.