Apa itu golput? Golongan putih atau golput ini adalah sebuah aksi untuk tidak berpartisipasi pada pemilihan umum dan tidak memberikan hak suaranya. Salah satu penyebab golput adalah sikap apatis atau tak acuh terhadap segala sesuatu yang terjadi pada lingkungan sekitar dan bangsa Indonesia. Sikap ini juga tentu akan berdampak besar bagi negara Indonesia sebagai negara demokrasi.
Suara dari pemilih sangat dibutuhkan pada pemilu yang merupakan momen penting bagi suatu negara. Dari hasil pemilu itulah maka akan menentukan arah kebijakan politik suatu negara dan masa depan bangsa. Maka untuk meningkatkan partisipasi ini, menjadi tanggung jawab bagi pemerintah, penyelenggara pemilu, partai politik dan seluruh masyarakat Indonesia. Dengan terus menyosialisasikan pentingnya satu suara dalam pemilu.
Terlebih lagi untuk menarik partisipasi pemilih pemula. Pemilih pemula adalah pemilih yang masih berusia muda, yang baru pertama kali akan menggunakan hak suaranya pada pemilu 2024, atau yang telah berusia 17 tahun saat pemilu berlangsung. Data dari KPU hingga Juli 2022, sudah tercatat sebanyak 428.799 pemilih pemula yang terdaftar sebagai pemilih. Maka, bagi mereka pemilu mendatang ini adalah kali pertama mereka bisa mengaspirasikan suaranya melalui pemilu untuk mewujudkan Indonesia yang mereka impikan.
Namun, melansir dari laman kpu.go.id bahwa sikap apatis dari anak muda kian meluas, sejak penggunaan sosial media. Anak muda dinilai tidak begitu peduli dengan kondisi politik Indonesia saat ini, mereka tidak terlalu menyuarakan aspirasi politik dan hanya sibuk dengan dunia maya dibandingkan dunia nyata. Dari sikap apatis ini, dikhawatirkan akan menurunkan minat dan partisipasi dari pemilih pemula tersebut.
Pemilih pemula adalah pemilih yang berada pada fase peralihan dari masa remaja ke usia dewasa. Pada fase ini mereka akan banyak bertanya mengenai suatu hal, contohnya seperti kondisi politik di Indonesia. Untuk mendapatkan jawaban, mereka umumnya akan mencari melalui internet dan media sosial. Jika jawaban yang mereka dapat salah diartikan, mereka bisa saja langsung percaya dan melabelkan hal yang negatif kepada politik di Indonesia. Terlebih lagi jika informasi yang tersebar di internet bukanlah informasi yang akurat dan tidak berimbang, ditambah lagi jika mereka tidak didukung oleh lingkungan sekitar, maka kemungkinan mereka bisa lebih cuek dan tidak peduli dengan keadaan bangsa Indonesia.
Meningkatkan Partisipasi bagi Pemilih Pemula
Untuk meningkatkan partisipasi bagi pemilih pemula, maka bisa melibatkan beberapa hal berikut ini :
1. Peran Orangtua
Lingkungan terdekat seorang anak adalah lingkungan rumah atau orangtuanya. Orangtua bisa menempatkan posisi sebagai teman yang bisa diandalkan anak jika ingin bertanya sesuatu hal. Orangtua berperan untuk membentuk perilaku anak yang jujur, adil, dan saling tolong-menolong. Karena karakter anak yang terbentuk adalah datang dari lingkungan tempat ia dibesarkan. Anak bisa bertanya mengenai hal-hal dewasa yang belum ia ketahui hingga ia bisa berperan dalam masa depan bangsa. Sebaiknya anak menerima informasi yang baik dari orangtua, selain mendapatkan jawaban yang baik dan benar, orangtua juga bisa mengetahui minat dan perkembangan anak.
2. Guru atau Dosen
Pemilih pemula yang berumur 17 hingga 21 tahun, mungkin adalah seseorang yang masih bersekolah di sekolah menengah atas atau di universitas. Peran guru atau dosen adalah memberikan pelajaran kewarganegaraan serta hak dan kewajiban muridnya sebagai warga negara. Guru atau dosen bisa menjadi sarana sosialisasi pemilu yang baik, karena bisa memberikan pengetahuan tentang pemilu yang tepat untuk muridnya sebagai seorang pemilih pemula.
3. Tokoh Masyarakat
Figur tokoh masyarakat yang disegani dan memiliki integritas yang baik bisa dijadikan teladan bagi pemilih pemula. Tokoh-tokoh ini antara lain, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, hingga tokoh perempuan yang bisa ditiru oleh calon pemilih pemula. Dengan menunjukan kredibilitas dan kemampuan kerja yang baik bisa menanamkan indikator sikap seorang pemimpin yang baik di benak para pemilih pemula.
Pada pemilu 2024 nanti, diharapkan semua masyarakat Indonesia termasuk pemilih pemula dapat menggunakan hak pilihnya untuk masa depan bangsa. Kemudian, bila menemukan kecurangan pemilu seperti politik uang di dalamnya, jangan mudah terpengaruh dan tetap berpegang teguh pada pilihan yang dirasa sesuai dengan hati nurani masing-masing. Perlu diketahui, peserta pemilu yang melakukan kecurangan di masa pemilu berarti telah mencoreng demokrasi serta tidak memiliki sikap integritas pada sistemnya. Bisa dibayangkan, apa yang akan terjadi bila mereka diberikan kekuasaan untuk memimpin negara, bukan?
Yuk, ketahui lebih lanjut mengenai ciri kecurangan pemilu, sikap integritas, dan ciri-ciri tindakan korupsi di itus ACLC KPK.